PUNGSI WAHYU ALLAH

Fungsi Wahyu

Dalam pandangan Muhammad Abduh, keberadaan wahyu dapat dibagi dalam
dua fungsi. Fungsi pokok yang pertama timbul dari keyakinan bahwa jiwa manusia
akan terus ada dan kekal sesudah tubuh kasar mati. Keyakinan akan adanya hidup
kedua setelah hidup yang pertama ini bukan hasil dari pemikiran yang sesat dari akal
dan bukan pula suatu khayalan, karena umat manusia secara keseluruhan- kecuali
sedikit saja- sepakat mengatakan bahwa jiwa akan tetap hidup setelah meninggalkan
tubuh. Untuk memberikan penjelasan tentang alam ghaib yang penuh dengan
rahasia inilah, maka Nabi-nabi dikirim oleh Allah kepada umat manusia.
Fungsi wahyu yang kedua mempunyai kaitan erat dengan sifat dasar manusia
sebagai makhluk sosial. Manusia harus hidup secara berkelompok. Untuk
mewujudkan kehidupan sosial yang rukun dan damai, para anggotanya harus
membina hubungan antara mereka atas dasar saling mencintai. Tetapi pada
dasarnya, kebutuhan manusia akan sesuatu tidaklah terbatas, sehingga akan
senantiasa muncul konflik dan pertentangan. Untuk mengatasi hal itu telah
diusahakan menukar prinsip cinta dengan keadilan, tetapi manusia tidaklah sanggup
meletakkan dasar-dasar yang kuat tentang keadilan yang dapat diterima oleh semua
orang. Untuk mengatur manusia dengan baik, maka dibutuhkan wahyu yang dibawa
oleh para Nabi dan Rasul.
Dengan demikian, wahyu menolong akan untuk mengetahui alam akhirat
serta kehidupan manusia di sana dan untuk mengetahui sifat kesenangan serta
bentuk perhitungan yang dihadapinya di akhirat kelak.
Selanjutnya wahyu dapat menolong akal dalam mengatur masyarakat atas
dasar prinsip-prinsip umum yang dibawanya dan dalam mendidik manusia untuk
hidup damai dan tenteram dengan sesamanya. Wahyu membawa syariat yang
mendorong manusia untuk melaksanakan kewajiban seperti kejujuran, kebenaran
dan menepati janji.
Sesungguhnya manusia dengan akalnya dapat mengetahui tentang adanya
Allah dan dapat mengetahui bahwa ia wajib beribadah dan berterima kasih kepada-
Nya, tetapi akal manusia tidak akan mampu mengetahui semua sifat-sifat Allah dan
tidak dapat mengetahui tentang cara yang paling tepat dan baik dalam mengibadahi-
Nya. Dalam hal ini wahyulah yang menjelaskan kepada akal cara beribadat,
berterima kasih dan bersyukur kepada-Nya.
Akal manusia juga tidak dapat mengetahui perincian kebaikan dan kejahatan.
Di antara perbuatan manusia ada yang tidak dapat diketahui oleh akal, apakah hal


Fungsi Wahyu

Dalam pandangan Muhammad Abduh, keberadaan wahyu dapat dibagi dalam
dua fungsi. Fungsi pokok yang pertama timbul dari keyakinan bahwa jiwa manusia
akan terus ada dan kekal sesudah tubuh kasar mati. Keyakinan akan adanya hidup
kedua setelah hidup yang pertama ini bukan hasil dari pemikiran yang sesat dari akal
dan bukan pula suatu khayalan, karena umat manusia secara keseluruhan- kecuali
sedikit saja- sepakat mengatakan bahwa jiwa akan tetap hidup setelah meninggalkan
tubuh. Untuk memberikan penjelasan tentang alam ghaib yang penuh dengan
rahasia inilah, maka Nabi-nabi dikirim oleh Allah kepada umat manusia.
Fungsi wahyu yang kedua mempunyai kaitan erat dengan sifat dasar manusia
sebagai makhluk sosial. Manusia harus hidup secara berkelompok. Untuk
mewujudkan kehidupan sosial yang rukun dan damai, para anggotanya harus
membina hubungan antara mereka atas dasar saling mencintai. Tetapi pada
dasarnya, kebutuhan manusia akan sesuatu tidaklah terbatas, sehingga akan
senantiasa muncul konflik dan pertentangan. Untuk mengatasi hal itu telah
diusahakan menukar prinsip cinta dengan keadilan, tetapi manusia tidaklah sanggup
meletakkan dasar-dasar yang kuat tentang keadilan yang dapat diterima oleh semua
orang. Untuk mengatur manusia dengan baik, maka dibutuhkan wahyu yang dibawa
oleh para Nabi dan Rasul.
Dengan demikian, wahyu menolong akan untuk mengetahui alam akhirat
serta kehidupan manusia di sana dan untuk mengetahui sifat kesenangan serta
bentuk perhitungan yang dihadapinya di akhirat kelak.
Selanjutnya wahyu dapat menolong akal dalam mengatur masyarakat atas
dasar prinsip-prinsip umum yang dibawanya dan dalam mendidik manusia untuk
hidup damai dan tenteram dengan sesamanya. Wahyu membawa syariat yang
mendorong manusia untuk melaksanakan kewajiban seperti kejujuran, kebenaran
dan menepati janji.
Sesungguhnya manusia dengan akalnya dapat mengetahui tentang adanya
Allah dan dapat mengetahui bahwa ia wajib beribadah dan berterima kasih kepada-
Nya, tetapi akal manusia tidak akan mampu mengetahui semua sifat-sifat Allah dan
tidak dapat mengetahui tentang cara yang paling tepat dan baik dalam mengibadahi-
Nya. Dalam hal ini wahyulah yang menjelaskan kepada akal cara beribadat,
berterima kasih dan bersyukur kepada-Nya.
Akal manusia juga tidak dapat mengetahui perincian kebaikan dan kejahatan.
Di antara perbuatan manusia ada yang tidak dapat diketahui oleh akal, apakah hal 11
tersebut baik atau buruk. Dalam hal ini, baik dan buruknya perbuatan ditentukan
oleh perintah dan larangan Allah. Perbuatan yang diperintahkan oleh Allah pastinya
mengandung kebaikan secara substantif, sebaliknya, perbuatan yang dilarang oleh
Allah adalah mengandung keburukan dan kejahatan secara substantif. Hanyalah
Allah yang mengatahui apa sebab perbuatan demikian baik atau buruk.
Fungsi lain dari wahyu adalah menguatkan pendapat akal dan meluruskannya
melalui sifat sakral dan absolut yang terdapat dalam wahyu. Sifat absolut inilah yang
membuat orang tunduk kepada sesuatu. Memang akal manusia dapat mengetahui
kewajiban berterima kasih kepada Allah, kewajiban berbuat baik, dan menjauhi
perbuatan jahat, serta selajutnya dapat membuat hukum dan peraturan mengenai
kewajiban-kewajiban itu dan dapat mengajak manusia lain untuk mengetahuinya,
akan tetapi sesungguhnya akal tidak dapat memaksa manusia untuk tunduk pada
hukum dan peraturan yang dibuatnya itu. Oleh sebab itu, manusia berhajat kepada
konfermasi dari keuatan ghaib Yang Maha Tinggi. Konfermasi datang dalam
bentuk wahyu, yang membawa pengetahuan dan mampu menenteramkan jiwa
manusia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGENALAN AL-QURAN

Rasulullah Keras Terhadap Orang Kafir.

CARA PENYAMPAIAN WAHYU ALLAH