NUZULUL QURAN

NUZULUL QUR’AN Allah menurunkan al-Qur‟an kepada Rasulullah SAW untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya al-Qur‟an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi. Turunnya al- Qur‟an yang pertama kali pada malam lailatul qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad. Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah baru agar menjadi umat paling baik yang dikeluarkan bagi manusia. Turunnya al-Qur‟an yang kedua kali secara bertahap –berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya –sangat mengagetkan orang dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia Allah yang ada dibalik itu. Berikut ini akan dijelaskan seputar nuzulul Qur‟an. A. Pengertian Nuzulul Qur’an Secara etimologis Nuzulul Qur‟an berarti peristiwa al-Qur‟an turun atau turunnya al-Qur‟an. Penggunaan istilah Nuzulul Qur‟an bersifat Majazi, maksudnya mempermaklumkan al-Qur‟an dengan cara dan sarana yang dikehendaki Allah sehingga dapat diketahui oleh malaikat di Lauhul Mahfudz dan oleh Nabi Muhammad SAW. di dalam hatinya yang suci. Dalam al-Qur‟an Nuzulul Qur‟an diungkap dengan dua ungkapan, yaitu (1) dengan kata Nazzala – yunazzilu – tanzilan, dengan makna konotatif “turun secara berangsur-angsur”, dan (2) dengan kata anzala – yunzilu – inzalan, dengan makna denotatif “menurunkan”. Penggunaan dua kata itulah yang menyebabkan terjadinya berbagai macam definisi dan tahapan Nuzulul Qur‟an yang mengkaji al- Qur‟an dari aspek bahasanya (Tim DEPAG, Ensiklopedi.., 1995: 860). Az-Zarkasyi dalam kitab al-Burhan fi „Ulum al-Qur‟an (1957:228) menjelaskan mengenai proses turunnya al-Qur‟an mulai dari Lauhil Mahfudz sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini, turunnya al-Qur‟an melalui tiga cara: 1. Al-Qur‟an turun sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia pada malam Lailatul Qodar, kemudian dituturunkan kepada Nabi Muhammad secara bertahap, sejak diangkatnya beliau menjadi Rasul hingga wafat. Ulama berbeda pendapat mengenai berapa lama Nabi Muhammad menjadi rasul, sebagian mengatakan 20 tahun, sebagian lagi 23 tahun dan sebagian lagi 25 tahun. Perbedaan ini dipicu oleh perbedaan mereka menentukan berapa lama Nabi Muhammad menetap di Makkah setelah diangkat menjadi rasul (az- Zarkasyi, 1957: 228). 2. Al-Qur‟an diturunkan ke langit dunia setiap tahun pada malam Lailatul Qadar , kemudian diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad. Dalam kaitan ini, setiap tahun pada malam Lailatul Qadar Allah menurunkan ayat al- Qur‟an sesuai dengan kadar “kebutuhan” dan “tuntutan” tahun tersebut. 3. Allah menjadikan malam lailatul Qadar sebagai awal pembuka diturunkannya al-Qur‟an secara bertahap (Ibiid.) Setelah mengemukakan ketiga cara di atas, az-Zarkasyi memilih cara yang pertama sebagai cara yang paling benar berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu „Abbas dalam Mustadrak al-Hakim, “al-Qur‟an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadar, kemudian turun secara bertahap selama 20 tahun Senada dengan pendapat az-Zarkasyi, as-Suyuthi dalam al-Itqan fi „Ulum al- Qur‟an (1979: 41) mengutip pendapat Ibn Hajar al-Asqalani yang menyatakan bahwa cara pertama, yaitu al-Qur‟an diturunkan sekaligus dalam keseluruhannya dari Lauhil Mahfudz ke langit dunia di malam lailatul qadar kemudian diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad selama menjadi Rasul oleh Jibril adalah cara yang paling tepat. B. Bukti Historis Turunnya al-Qur’an Bertahap Al-Qur‟an adalah petunjuk bagi umat manusia yang meletakkan dasar-dasar yang prinsipil dalam segala persoalan kehidupan manusia dan merupakan kitab universal. Petunjuk ini merupakan sendi utama yang dimiliki agama Islam sebagai way of life bagi penganutnya dan menjamin kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak (Quraish Shihab, membumikan..., 1992:33). Allah menurunkan al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad SAW. dengan perantara malaikat Jibril secara bertahap. Malaikat sebagai perantara Allah dengan manusia, karena al-Qur‟an merupakan petunjuk manusia. Ayat-ayat al-Qur‟an diturunkan sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian serta kebutuhan Nabi Muhammad SAW. Kejadian ini merupakan peristiwa besar yang dialami beliau selama hidupnya. Allah SWT berfirman:                      Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.(Q.S. al-Isra‟ (17): 106).        Kitab (ini) diturunkan dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al- Jatsiyah (45): 2). Dilihat dari ungkapan ayat-ayat di atas (untuk arti menurunkan) semuanya menggunakan kata tanzil bukan inzal. Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur‟an diturunkan secara bertahap atau berangsur-angsur. Berbeda dengan kitab samawi sebelumnya seperti Taurat, Injil, dan Zabur turunnya sekaligus, tidak bertahap. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Firman Allah SWT:                                     Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (Q.S. al-Furqan (25): 32). Pertanyaan orang kafir itulah yang dijadikan landasan beberapa ahli tafsir, bahwasanya orang kafir merasa heran dengan turunnya al-Qur‟an secara berangsur- angsur karena mereka mengetahui bahwa kitab-kitab sebelumnya diturunkan secara sekaligus. Bukanlah kitab-kitab itu berwujud benda kemudian diturunkan begitu saja, tetapi diturunkan (dibacakan) sekaligus oleh Malaikat Jibril (Manna‟ Khalil al- Qatthan, 1994: 152). Ayat al-Qur‟an yang pertama kali turun adalah Q.S. al-‟Alaq ayat 1-5:                                    Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Pada awalnya Rasulullah SAW diberitahu lewat mimpi pada bulan kelahiran beliau, yaitu bulan Rabi‟ul Awwal. Kemudian diturunkan kepada beliau dalam keadaan sadar. Sebagaimana Hadits dari ‟Aisyah r.a. yang diriwayatkan oleh al- Bukhari dan Muslim: ”Wahyu yang mula-mula diturunkan kepada Rasulullah SAW ialah mimpi yang benar di waktu tidur. Setiap kali mimpi beliau melihat ada yang datang bagaikan cahaya terang di pagi hari. Kemudian beliau lebih suka menyendiri. Beliau pergi ke gua Hira untuk bertahannuts beberapa malam; dan untuk itu beliau membawa bekal. Kemudian beliau kembali ke rumah Khadijah r.a. dan Khadijah pun membekali seperti itu biasanya. Sehingga datanglah suatu ”kebenaran” kepada beliau sewaktu berada di gua Hira. Malaikat datang kepada beliau dan berkata: ‟Bacalah.‟ Rasulullah menjawab: Aku berkata kepadanya; ‟Aku tidak pandai membaca.‟ Lalu dia memegang dan merangkulku sampai aku kepayahan, kemudian dia melepaskan aku, lalu katanya: ‟Bacalah.‟ Aku menjawab: ‟Aku tidak pandai membaca.‟ Lalu dia merangkulku untuk yang kedua kalinya sampai aku kepayahan, lalu dia melepaskan aku, lalu katanya: ‟Bacalah‟. Lalu aku menjawab: ‟Aku tidak pandai membaca.‟ Lalu dia merangkulku untuk yang ketiga kalinya sampai aku kepayahan, kemudian dia melepaskan aku, lalu katanya: ‟Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan sampai dengan apa yang belum diketahuinya.”. Peristiwa tersebut tepatnya malam Senin 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran beliau bertepatan dengan 6 Agustus 610 M di gua Hira. Ketika turunnya wahyu yang pertama beliau masih sebagai seorang Nabi, belum ditugasi untuk menyampaikan kepada orang lain, namun setelah turun wahyu yang kedua (Q.S. al- Mudatsir (74): 1-7) beliau ditugasi untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya.                                      Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!. Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.Secara historis, sejarah turunnya al-Qur‟an di sini akan dibagi ke dalam tiga periode agar lebih jelas tujuan-tujuan pokok al-Qur‟an: Periode pertama, kandungan al-Qur‟an berkisar pada tiga hal; 1) Pendidikan bagi Rasulullah dalam membentuk kepribadiannya (Q.S. al-Mudatssir (74): 1-7); 2) Pengetahuan dasar mengenai ketuhanan (Q.S. al-A‟la (87) dan Q.S. al-Ikhlas (112)); dan 2) Dasar-dasar akhlak Islamiyah dan pembentukan masyarakat Muslim. Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab terhadap al-Qur‟an ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok, yaitu; 1) sebagian kecil dari mereka menerima dengan baik; 2) sebagian besar mereka menolak karena kebodohan mereka (Q.S. al-Anbiya‟ (21):24), keteguhan mereka dalam mempertahankan adat-istiadat dan tradisi nenek moyang (Q.S. az-Zukhruf (43):22), dan karena ada maksud-maksud tertentu dari suatu golongan; dan 3) Dakwah al- Qur‟an mulai melebar hingga perbatasan Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya. Periode kedua, sejarah turunnya al-Qur‟an berlangsung selama 8-9 tahun, dimana ayat-ayat al-Qur‟an telah sanggup memblokade paham jahiliyah dari segala segi, sehingga mereka tidak lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam alam pikiran sehat (Q.S. an-Nahl (16): 125; Fushilat (41):13; Yasin (36): 78 – 82). Periode ketiga, pada masa ini dakwah al-Qur‟an telah mencapai atau mawujdkan prestasi yang sangat besar. Periode ini berlangsung selama 10 tahun (Quraish Shihab, 1992:35-37). Ini merupakan periode yang terakhir. Islam telah disempurnakan oleh Allah dengan turunnya ayat yang terakhir turun. Surat al- Ma‟idah ayat 3 (ayat tentang hukum), ketika Nabi wukuf pada waktu haji wada‟ pada tanggal 9 Dzulhijjah 10 H/ 7 Maret 632 M. Sehingga dari ayat yang pertama sampai yang terakhir turun memakan waktu sekitar 22 tahun (Muhammad Chirzin, Al-Qur‟an ...., 1998: 16-17). C. Hikmah Pentahapan dalam Penurunan al-Qur’an Adapun hikmah diturunkannya al-Qur‟an secara berangsur-angsur antara lain: 1. Menguatkan dan meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW:                                     Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlahsupaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (Q.S. al-Furqan (25): 32). 2. Memuliakan Nabi Muhammad SAW dan menunjukkan sifat lemah lembut Allah kepada beliau: Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (Q.S. al-Hasyr (59:21). 3. Kesesuaian dengan peristiwa dan pentahapan dalam penetapan hukum, misalnya tahapan dalam pelarangan khamr sebagaimana ayat-ayat berurut berikut ini:                                 Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (Q.S. an-Nahl (16): 67).                                                                  Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (Q.S. al-Baqarah (2): 219).                                                                                                             Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu Telah menyentuh perempuan, Kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (Q.S. an- Nisa‟ (4):43).                                        Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. al-Ma‟idah (5): 90). 4. Tantangan dan Mukjizat:             Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Q.S. al-Furqan (25): 33) 5. Mempermudah hafalan dan memahami; Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. al-Jumu‟ah (62): 2). 6. Bukti yang pasti bahwa al-Qur‟an diturunkan dari sisi yang Maha Bijaksana dan Maha terpuji: Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu. (Q.S. Hud (11): 1).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGENALAN AL-QURAN

Rasulullah Keras Terhadap Orang Kafir.

CARA PENYAMPAIAN WAHYU ALLAH